Sedih Menjadi Guru Biasa

 



Perasaanku pagi ini.


Sedih. 


Air mata mengalir. Aku menangis. 


Sejak aku menjadi salah satu staff di tempatku bekerja, yang aku rasakan adalah kesedihan dan cemas. Aku mulai khawatir bahwa apa yang aku rasakan itu adalah pertanda aku mengalami gangguan mental. Selain itu aku sering merasa tidak semangat. Setiap pagi hari aku malas untuk berangkat kerja.  Ada banyak beban pikiran berkecamuk di kepalaku. Aku mulai merasa tidak menikmati kehidupanku. 


Saat kurenungkan lagi, membandingkan diriku ketika aku hanya menjadi guru biasa, rasanya bahagia sekali. Setiap mau berangkat kerja aku merasa semangat. Memang sejak awal aku melamar kerja menjadi guru, motivasiku adalah mengajar dan mendidik. Itu saja. 


Semakin kesini aku merasa depresi. Aku sering merasa sedih. Pekerjaan tambahan sebagai non guru ini malah semakin merusak mentalku. Aku mulai mengkhawatirkan kesehatanku. Ada research yang membuktikan bahwa kualitas mental (pikiran) berdampak pada Kesehatan fisik. 


Sering terbesit di dalam hatiku, agar diriku mengambil Keputusan untuk mengundurkan diri. 


Aku nggak tahu kapan waktu yang tepat untuk mengundurkan diri. 


Dari pengalaman ini aku belajar bahwa Kesehatan mental dan fisik itu lebih baik daripada jumlah nominal uang yang besar. Apa artinya uang banyak tetapi tidak merasa Bahagia dengan pekerjaan yang aku lakukan. 


Aku ingin menjadi guru biasa saja. 

Aku lebih menghargai kesehatanku. 


Tidak apa jika nominal uangku dari profesi guru tidak banyak, asalkan aku menikmati setiap proses pekerjaanku sebagai guru, yakni: mengajar dan mendidik. 



0 komentar:

Posting Komentar