Korelasi Tingkat Kegantengan Seseorang dengan Jumlah Komentar Pengguna Sosial Media


Setiap kultur atau budaya dari setiap daerah memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam menilai seseorang itu tampan atau cantik. Di Amerika serikat, ketampanan seseorang dinilai dari penampilan, hidung mancung, alis tegas, dan bibir tipis. Di Korea Selatan, seseorang dianggap tampan apabila memiliki kulit putih mulus, hidung mancung, rahang yang tegas, bibir tipis merah merona. Oleh karena itu, negara ini terkenal akan masif nya praktek perawatan kecantikan yang dilakukan oleh pria dan wanita. Di negara kita, Indonesia, biasanya orang yang tampan itu memiliki ciri-ciri berpenampilan maskulin. Untuk kulit sifatnya relatif. Ada yang putih, ada pula yang tidak begitu putih, tetapi kulitnya bersih terawat.

Jumlah pengguna sosial media dewasa ini sangatlah masif. Menurut pantauanku, saat ini mayoritas pengguna sosial media adalah mereka pelajar yang notabenene masih anak anak hingga remaja, dari bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, usia dewasa dalam kategori usia produktif, seperti generasi milenial (lahir diantara usia 1980 sampai 1990 an) juga golongan pengguna sosial media yang jumlahnya tidak sedikit. 

Lantas, bagaimanakah korelasi atau hubungan antara tingkat kegantengan seseorang dengan jumlah komentar pengguna sosial media? Pengamatan ini aku lakukan dari sebuah group di sosial media yang juga aku ikuti. Aku pernah mengupload photo ku, pada ketika itu hanya ada beberapa yang memuji photoku, selain itu komentnya hanya bernada bercanda-canda saja. Jumlah komentarnya tidak sampai 30. Itupun masih tercampur dengan jumlah komentarku sendiri. Sedangkan, ada netizen yang mengunggah photo, mohon maaf, saya tidak bermaksud merendahkan, pada jaman sekarang disebut dengan penampilan alay, malah mendapatkan jumlah komentar yang luar biasa banyaknya,antara ratusan bahkan seribuan. Mengetahui fenomena ini, lalu aku melakukan jajak pendapat di sosial media. Jajak pendapatku berbunyi seperti ini: 

Berdasarkan pengamatan alias analisisku: 
1. Jumlah komentar yang sedikit sering terjadi pada postingan yang menunjukan photo ganteng, cantik, atau wajah standard alias biasa-biasa saja; 
2. Jumlah komentar yang banyak justru sering ditemui pada postingan yang memuat photo dengan wajah berekspresi alay, dan maaf...kurang good looking. Pada kasus nomor 2 inilah komentar sering bersambung terus menerus, bahkan bisa lebih dari dua hari komentarnya nyambung terus. Jumlah komentarnya bisa menembus hampir 500 komen, bahkan ada yang lebih. Ironisnya, isi komentarnya kebanyakan berisikan cemoohan. 

Kamu setuju dengan analisisku yang nomor berapa? 
Atau mungkin, kamu punya pendapat yang berbeda?
Mari dikoment dong. 

Kemudian, dari koment-koment yang disampaikan, aku menarik kesimpulan: 
1. Ketampanan atau kecantikan itu lebih enak untuk dipandang saja, kalau yang kurang good looking asyik untuk bahan candaan. 

2. Netizen lebih suka memberi komentar candaan kepada photo yang kurang good looking daripada memuji yang tampan atau cantik 

3. Netizen lebih suka mengkomentari dengan nuansa yang tidak serius kepada hal-hal yang tidak wajar dan tidak bermutu, karena menurutnya perbuatan itu menyenangkan, daripada mengokementari postingan yang serius malah membuat diri bosan. 

Kesimpulan: 
Ketampanan atau kecantikan itu sifatnya relatif. Cara pandang setiap orang berbeda-beda. Apa yang tidak kita suka, bisa jadi malah disukai oleh orang lain. Begitupun sebaliknya, apa yang kita suka, belum tentu disuka oleh orang lain. Jadi, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan sudah seharusnya mensyukuri apa yang ada, dan kita tidak perlu meledek seseorang atau merendahkan orang lain. Bisa jadi, yang kita ledek atau rendahkan itu malah lebih baik dari kita. 



0 komentar:

Posting Komentar